Dari kontrak baru yang dibidik saat ini, kontrak dari proyek pemerintah masih jadi andalan wika. Bukti bahwa perseroan ini punya peran penting dalam pembangunan infrastruktur nasional.
Dalam keputusan Rapat umum pemegang saham (RUPS) PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. yang berlangsung 23 April lalu, disepakti adanya perubahan susunan komisaris dan direksi. Khusus untuk jajaran direksi, ada tambahan satu direksi baru yang diangkat. Menurut Direktur Utama PT Wijaya Karya (Persero) Tbk atau WIKA, Bintang Perbowo, ditambahnya satu pangkat di jajaran direksi itu merupakan keputusan Kementerian BUMN, karena banyak penugasan infrastruktur yang sejalan dengan program Nawa Cita sehingga perseroan membutuhkan tambahan direksi untuk pekerjaan tersebut.
Sebagai BUMN Karya, tahun ini WIKA memang tergolong sibuk. Untuk kontrak baru saja, tahun ini WIKA menargetkan akan memperoleh Rp 54,32 triliun, meningkat sekitar 31,6% dari target kontrak baru di 2014. Proyek dari pemerintah masih jadi tumpuan utama WIKA dalam mengejar kontrak baru. Komposisinya, kontrak baru itu diharapkan 52 % dari proyek pemerintah, 22% dari proyek yang digarap oleh BUMN dan sisanya sekitar 26% merpakan proyek sektor swasta.
Memasuki kuartal 1-2015 hingga minggu ketiga April, perusahaan kontruksi pelat merah ini telah mencatat kontrak baru senilai Rp 4,43 triliun. Itu artinya, WIKA telah merealisasikan target kontrak anyarnya sebesar 13,99% mengingat target yang dipatok tahun ini mencapai Rp 31,64 triliun.
Suradi, Sekretaris Perusahaan WIKA mengatakan kontrak anyar tersebut diperoleh antara lain dari proyek Bendungan Kreuretok Aceh sebesar Rp 403 miliar, proyek tol Bogor-Ciawi-Sukabumi (Bocimi) Tahap I sebesar Rp 351 miliar, dan proyek Oecusse Airport Timor Leste sebesar USS 92 juta. Selain itu, proyek lain yang turut menyumbang kontrak anyar perseroan adalah proyek Funtasy Island di Pulau Manis Batam sebesar Rp 161 miliar dan proyek pembangunan konstruksi Runway Bandara Samarinda Baru, Samarinda sebesar Rp 124,20 miliar
Sementara itu, Wakil Direktur Utama WIKA Budi Harto menjelaskan, perseroan akan lebih banyak mengejar proyek multiyear tahun ini. Pasalnya, sulit mengejar proyek single year, karena April belum banyak tender yang diberikan pemerintah.
Terkait proyek pemerintah, WIKA juga ingin ambil bagian dari proyek pembangunan pembangkit listrik 35 ribu MW yang sudah menjadi komitmen perintahaan Presien Joko Widodo. Tahun ini perusahaan akan berencana masuk ke dalam proyek pembangkit listrik berkapasitas 2x600 megawatt (MW) yang ditaksir bernilai USS 1,4 - 1,8 miliar di Palembang, Sumatera Selatan. Mitsubishi Corporation disebut-sebut akan menjadi salah satu mitra Wika di proyek ini.
Menurut Suradi, perseroan mengincar kepemilikan 5-10% pada pembangkit listrik tersebut. Diperkirakan investasi untuk 1 MW berkisar sekitar US$ 1,2-1,5 juta.
Intinya dalam hal penyediaan setrum, WIKA akan beperan aktif untuk membantu program pemerintah. Hingga kini WIKA telah memeiliki investasi di bidang power plant sebesar 200 MW.
(BUMN Track)