Dua dari lima konsorsium dinyatakan lulus prakualifikasi ulang pengadaan badan usaha pembangunan dan pengelolaan Kereta Api Ringan (Light Rapid Transportation/LRT) Bandung Koridor 1 dan Koridor 2. Keduanya adalah PT LEN yang bergabung dengan PT Wijaya Karya serta SMRT International yang menggandeng T-Files.
Tiga konsorsium yang gagal dalam tahap prakualifikasi ulang itu semuanya menggandeng perusahaan asal Tiongkok. Ketigahya tidak lulus dalam kriteria administrasi. Dalam prakualifikasi pertama, awal 2015, PT LEN dan SMRT tercatat sebagai 2 dari 3 peserta yang mendaftar.
Keduanya dinyatakan gagal dalam kriteria administrasi bersama satu perusahaan peserta lainnya. "Mereka mungkin belajar dari kegagalan itu. Sekarang sudah diperbaiki. Semua syarat sudah dipenuhi," tutur Ketua Panitia Lelang Monorel Kota Bandung Sri Dhiandini, akhir pekan lalu.
Dalam prakualifikasi ulang, PT LEN menggandeng PT Wijaya Karya untuk memenuhi agregat minimal Rp 3 triliun, sesuai dengan nilai investasi. Meskipun keduanya tidak punya pengalaman dalam perkeretaapian, panitia menyatakan konsorsium mereka lulus karena adanya perubahan persyaratan.
Dhiandini menjelaskan, syarat awal yang mengharuskan peserta lelang memiliki pengalaman di bidang perketaapian diperluas menjadi pengalaman di bidang infrastruktur transportasi perkeretaapian. "Aitinya, perusahaan yang bekerja di bagian sinyal, bisa masuk. PT LEN masuk," tuturnya.
Karena tidak memiliki pengalaman bidang perkeretaapian, konsorsium itu harus memakai teknologi kereta dari pihak ketiga. Jenis teknologi itu yang akan dipastikan panita dalang tahapan lelang berikutnya.
Dhiandini membantah jika perubahan itu dilakukan untuk mengakomodasi salah satu peserta lelang. Menurut dia, itu semata-mata dilakukan agar lelang bisa menjaring semakin banyak peserta. "Buktinya, dulu hanya tiga yang mendaftar. Sekarang jadi lima," katanya.
Untuk SMRT, dijelaskan Dhiandini, panitia meluluskannya setelah perusahaan asal Singapura tersebut memenuhi kekurangan administrasi pelaporan keuangan. Administrasi itulah yang membuat SMRT gagal pada prakualifikasi pertama. "Karena berbasis di Singapura, mereka juga diwajibkan menggandeng perusahaan lokal: Dan itu sudah dipenuhi," ucapnya.
T-Files berkantor di Gedimg LPIK ITB, Jalan Ganeca 15F Bandung. Dalam laman resminya diterangkan, perusahaan yang didirikan pada 2009 itu bergerak di bidang desain dan teknologi produksi. Salah satu bidang usahanya ialah pembangunan pembangkit listrik berbasis kelautan. Perusahaan itu juga tercatat sebagai pemilik paten pembangkit listrik arus pasang surut air laut menggunakan mekanisme floating.
Wakil Ketua Komisi C DPRD Deden Deni Gumilar menyatakan, dewan mendukung rencana pemkot membangun sistem transportasi publik berbasis rel. Menurut dia, program itu penting dilakukan sebagai salah satu solusi permasalahan kemacetan kota.
Untuk proses lelang, dewan menyerahkannya pada SKPD terkait. "Sudah ada rambu-rambunya, tinggal diikuti. Yang terpenting, semua dilakukan secara transparan," kata Deden.
(Pikiran Rakyat)